Kelahiran Putri Pertama, Ghaziya Afra Tsauqifa
Tahun ini bertambah anggota keluarga kami, tepatnya pada tangga 05-06-2014. Menjelang maghrib di sebuah rumah sakit, istri tercinta melahirkan seorang bayi perempuan secara normal dengan panjang 50 cm dan berat 3 kg. Kebahagian tidak disembunyikan, setelah sembilan bulan menanti kelahiran anak ini, yang selalu kami rawat dan doakan.
Kelahiran ini juga pengalaman pertama bagi saya, sejak pagi sudah merasakan tanda-tanda akan terjadi proses persalinan. Niat awalnya ingin melahirkan di bidan dekat rumah saja, tetapi sejak awal sudah menyarankan untuk melahirkan di rumah sakit karena tahu kami memiliki ASKES (BPJS).
Saat siang untuk kembali memeriksakan, bidan itu tetap menyarakan agar memanfaatkan BPJS-nya dengan melahirkan di rumah sakit. Saya berpikir, ini terjadi karena kami tidak pernah periksa kehamilan di tempat bidan itu. Karena kami memang lebih sering memeriksakan kehamilan di puskesmas, dan itupun berpindah-pindah, mulai di Blitar sampai Jogja.
Siang, sekitar jam 2 dengan status bukaan 5 yang diperiksa bidan. Dengan sepeda motor kami berdua menuju rumah sakit. Kondisi istri saat itu masih kuat untuk melakukan aktivitas. Sebagai orang yang baru pertama kali akan menemani istri, saya tidak tahu kalau bukaan 5 itu kondisi yang sudah harus mendapatkan perawatan. Tidak seharusnya naik motor dengan jarak yang lumayan jauh, tentu akan berbahaya jika terjadi sesuatu.
Menemani dari jam 2 sampai benar-benar proses persalinan menguras emosi. Permintaan untuk dipijit terus terdengarkan, saya pun turuti. Sampai akhirnya, saya minta bidan yang jaga untuk memeriksa kembali dan diputuskan untuk dilakukan proses persalinan. Saya hanya bisa memegang tangan, menyemagatinya, memintanya untuk tetap rileks.
Tangis saya pecah bersamaa dengan tangis sang bayi, tidak bisa ditahan kebahagian dan keharuan. Dari menemani inilah saya tahu, bagaimana berat perjuangan ibu, sejak hamil sampai proses persalinan secara normal ini. Menahan sakit, dan berusaha untuk melahirkan anaknya dengan sekuat tenaga.
Lengkap kebahagian kelurga kami, setelah setahun yang lalu mengucap ijab qobul. Anak perempuan itu kami beri nama Ghaziya Afra Tsauqifa. Diambil dari beberapa nama sahabat nabi hasil membaca istri dari buku 35 Sirah Shahabiyah. Semoga putri yang pertama kami ini tumbuh menjadi anak sholehah, berbakti pada orang tua, berguna bagi bangsa dan agama. Amin...
Kelahiran ini juga pengalaman pertama bagi saya, sejak pagi sudah merasakan tanda-tanda akan terjadi proses persalinan. Niat awalnya ingin melahirkan di bidan dekat rumah saja, tetapi sejak awal sudah menyarankan untuk melahirkan di rumah sakit karena tahu kami memiliki ASKES (BPJS).
Saat siang untuk kembali memeriksakan, bidan itu tetap menyarakan agar memanfaatkan BPJS-nya dengan melahirkan di rumah sakit. Saya berpikir, ini terjadi karena kami tidak pernah periksa kehamilan di tempat bidan itu. Karena kami memang lebih sering memeriksakan kehamilan di puskesmas, dan itupun berpindah-pindah, mulai di Blitar sampai Jogja.
Siang, sekitar jam 2 dengan status bukaan 5 yang diperiksa bidan. Dengan sepeda motor kami berdua menuju rumah sakit. Kondisi istri saat itu masih kuat untuk melakukan aktivitas. Sebagai orang yang baru pertama kali akan menemani istri, saya tidak tahu kalau bukaan 5 itu kondisi yang sudah harus mendapatkan perawatan. Tidak seharusnya naik motor dengan jarak yang lumayan jauh, tentu akan berbahaya jika terjadi sesuatu.
Menemani dari jam 2 sampai benar-benar proses persalinan menguras emosi. Permintaan untuk dipijit terus terdengarkan, saya pun turuti. Sampai akhirnya, saya minta bidan yang jaga untuk memeriksa kembali dan diputuskan untuk dilakukan proses persalinan. Saya hanya bisa memegang tangan, menyemagatinya, memintanya untuk tetap rileks.
Tangis saya pecah bersamaa dengan tangis sang bayi, tidak bisa ditahan kebahagian dan keharuan. Dari menemani inilah saya tahu, bagaimana berat perjuangan ibu, sejak hamil sampai proses persalinan secara normal ini. Menahan sakit, dan berusaha untuk melahirkan anaknya dengan sekuat tenaga.
Lengkap kebahagian kelurga kami, setelah setahun yang lalu mengucap ijab qobul. Anak perempuan itu kami beri nama Ghaziya Afra Tsauqifa. Diambil dari beberapa nama sahabat nabi hasil membaca istri dari buku 35 Sirah Shahabiyah. Semoga putri yang pertama kami ini tumbuh menjadi anak sholehah, berbakti pada orang tua, berguna bagi bangsa dan agama. Amin...