Rambut Monte Sebuah Candi dan Telaga dengan Ikan Dewa
Semakin hari ternyata kehidupan tidak lepas dari kejenuhan dan permasalahan. Dulu waktu masih kuliah berpikir enak ya kalau sudah lulus, tinggal kerja saja. Tetapi ternyata juga tidak demikian, ujian hidup di tempat kerja dan masyarakat sama sulitnya ujian di bangku kuliah. Oleh sebab itulah saya selalu rindu dengan suasana yang bisa menghilangkan penat dan mampu memberikan kesegaran pada pikiran.
Obyek wisata lokal yang menjadi target untuk memberikan energi baru adalah Rambut Monte. Sudah cukup lama mendengar nama tempat ini, bahkan foto-fotonya sudah banyak ditemui. Minggu yang lalu (10/02/2013) meluncurlah kita untuk melihat wisata budaya dan alam yang ada di desa Kresik, Gandusari, Kabupaten Blitar. Perjalanan pagi itu, karena belum pernah ke sana beberapa kali sempat berhenti untuk bertanya pada orang di jalan. Lokasinya tidak jauh dari pusat kota Blitar, kurang lebih 30 km atau satu jam perjalanan naik sepeda motor.
Rambut Monte ini ternyata terletak di hampir perbatasan Blitar-Malang, karena pada waktu itu sempat 'keblabasen' dan sudah masuk Kabupaten Malang. Jika dari Blitar, kita akan melewati kebun teh, dengan jalan yang berliku. Lokasi wisata tidak terlalu ramai atau bisa dikatakan cenderung sepi, jadi tidak terlalu terlihat jika di sekitar masuk lokasi wisata, yaitu pasar Kresikan itu ada obyek wisata yang cantik untuk dinikmati. Untuk masuk wisata Rambut Monte cukup murah, waktu itu kami dikenai tarif 3 ribu dan ongkos parkirnya seribu.
Suasananya Rambut Monte dengan pepohonan rindang dan terdapat Candi yang biasa dikenal dengan Candi Rambut Monte ini terkesan penuh misteri. Karena memang jaman dahulu merupakan tempat ini disucikan atau dikeramatkan oleh masyarakat sekitar. Pada waktu hari-hari sekolah dan jam istirahat tempat ini ramai dengan anak-anak SD yang bermain, karena memang didekatnya ada sebuah bangunan sekolah berdiri. Saya berpikir juga, enak sepertinya jadi guru atau sekolah di sini, alamnya mendukung, tenang dan hijau dekat dengan pemandangan yang bagus.
Pertama kali yang terlihat setelah masuk kawasan Rambu Monte ini adalah Candi Rambut Monte. Bangunan candi yang merupakan tinggalan Majapahit itu hanya tinggal bagian kaki dan tubuhnya saja, sedangkan bagian atap sudah runtuh. Terdapat juga petilasan atau tempat untuk bermeditasi. Di samping candi terdapat artefak Lingga Yoni yang merupakan lambang kesuburan. Konon candi Rambut Monte pada jaman Majapahit dipakai sebagai tempat pemujaan bagi penganut agama Hindu.
Dari Candi Rambu Monte terlihat sebuah telaga atau orang sering menyebutnya 'sendang'. Beranjak ke bawah kita akan menemui sebuah mata air yang membentuk seperti kolam yang luas. Air di telaga ini sangat jernih, bening dengan warna biru di tengahnya dan hijau di pinggir dari pantulan pepohonan di sekeliling telaga. Bagi yang melihatnya pasti tergoda untuk menceburkan diri, menikmati jernih dan birunya telaga. Tetapi ada larangan untuk mandi di telaga Rambut Monte, di dekatnya ada kolam pemandian, tapi sayang terlihat kurang terawat.
Di telaga Rambut Monte yang berair jernih terlihat ikan-ikan berukuran besar yang berenangan dengan jinaknya. Masyarakat sekitar menyebut ikan tersebut dengan Ikan Dewa. Ikan-ikan itu wujud dari murid Mbah Rambut Monte yang dikutuk karena tidak mematuhi perintahnya. Dari beberapa bacaan menyebutkan dulunya terjadi perkelahian antara Mbah Rambut Monte dengan Rahwana dan Naga, dan dimenangkan oleh Mbah Rambut Monte. Kedua tokoh jahat itu dikutuk menjadi candi.
Mbah Rambut Monte meminta kepada sejumlah muridnya agar menjaga candi berbentuk monyet dan batu berelief naga perwujudan dari Rahwana dan Naga. Tetapi sebagian muridnya tidak mematuhi perintahnya, sehingga membuat Mbah Rambut Monte marah besar dan mengutuk mereka menjadi ikan Sengkaring. Itulah sejarahnya Ikan Dewa yang sampai saat ini masih mendiami telaga Rambut Monte. Konon jumlah Ikan Dewa itu jumlahnya masih sama seperti yang dulu dan dianggap keramat, tidak boleh ditangkap ataupun dimakan.
Untuk menikmati birunya dan jernihnya air telaga Rambut Monte dengan ikan-ikan dewanya, terdapat semacam gazebo yang sedikit menjorok ke tengah telaga. Tapi terlihat gazebo itu sudah terkotori oleh coretan-coretan tangan manusia yang tak bertanggung jawab. Di telaga terdapat dua sumber mata air yang terus mengalirkan air sepanjang masa. Suasananya yang tidak terlalu ramai membuat kita bisa lebih menikmati panorama indah dengan iringan suara serangga liar dan gemuruh air dari telaga ke sungai.
Obyek wisata lokal yang menjadi target untuk memberikan energi baru adalah Rambut Monte. Sudah cukup lama mendengar nama tempat ini, bahkan foto-fotonya sudah banyak ditemui. Minggu yang lalu (10/02/2013) meluncurlah kita untuk melihat wisata budaya dan alam yang ada di desa Kresik, Gandusari, Kabupaten Blitar. Perjalanan pagi itu, karena belum pernah ke sana beberapa kali sempat berhenti untuk bertanya pada orang di jalan. Lokasinya tidak jauh dari pusat kota Blitar, kurang lebih 30 km atau satu jam perjalanan naik sepeda motor.
Rambut Monte ini ternyata terletak di hampir perbatasan Blitar-Malang, karena pada waktu itu sempat 'keblabasen' dan sudah masuk Kabupaten Malang. Jika dari Blitar, kita akan melewati kebun teh, dengan jalan yang berliku. Lokasi wisata tidak terlalu ramai atau bisa dikatakan cenderung sepi, jadi tidak terlalu terlihat jika di sekitar masuk lokasi wisata, yaitu pasar Kresikan itu ada obyek wisata yang cantik untuk dinikmati. Untuk masuk wisata Rambut Monte cukup murah, waktu itu kami dikenai tarif 3 ribu dan ongkos parkirnya seribu.
Suasananya Rambut Monte dengan pepohonan rindang dan terdapat Candi yang biasa dikenal dengan Candi Rambut Monte ini terkesan penuh misteri. Karena memang jaman dahulu merupakan tempat ini disucikan atau dikeramatkan oleh masyarakat sekitar. Pada waktu hari-hari sekolah dan jam istirahat tempat ini ramai dengan anak-anak SD yang bermain, karena memang didekatnya ada sebuah bangunan sekolah berdiri. Saya berpikir juga, enak sepertinya jadi guru atau sekolah di sini, alamnya mendukung, tenang dan hijau dekat dengan pemandangan yang bagus.
Pertama kali yang terlihat setelah masuk kawasan Rambu Monte ini adalah Candi Rambut Monte. Bangunan candi yang merupakan tinggalan Majapahit itu hanya tinggal bagian kaki dan tubuhnya saja, sedangkan bagian atap sudah runtuh. Terdapat juga petilasan atau tempat untuk bermeditasi. Di samping candi terdapat artefak Lingga Yoni yang merupakan lambang kesuburan. Konon candi Rambut Monte pada jaman Majapahit dipakai sebagai tempat pemujaan bagi penganut agama Hindu.
Dari Candi Rambu Monte terlihat sebuah telaga atau orang sering menyebutnya 'sendang'. Beranjak ke bawah kita akan menemui sebuah mata air yang membentuk seperti kolam yang luas. Air di telaga ini sangat jernih, bening dengan warna biru di tengahnya dan hijau di pinggir dari pantulan pepohonan di sekeliling telaga. Bagi yang melihatnya pasti tergoda untuk menceburkan diri, menikmati jernih dan birunya telaga. Tetapi ada larangan untuk mandi di telaga Rambut Monte, di dekatnya ada kolam pemandian, tapi sayang terlihat kurang terawat.
Di telaga Rambut Monte yang berair jernih terlihat ikan-ikan berukuran besar yang berenangan dengan jinaknya. Masyarakat sekitar menyebut ikan tersebut dengan Ikan Dewa. Ikan-ikan itu wujud dari murid Mbah Rambut Monte yang dikutuk karena tidak mematuhi perintahnya. Dari beberapa bacaan menyebutkan dulunya terjadi perkelahian antara Mbah Rambut Monte dengan Rahwana dan Naga, dan dimenangkan oleh Mbah Rambut Monte. Kedua tokoh jahat itu dikutuk menjadi candi.
Mbah Rambut Monte meminta kepada sejumlah muridnya agar menjaga candi berbentuk monyet dan batu berelief naga perwujudan dari Rahwana dan Naga. Tetapi sebagian muridnya tidak mematuhi perintahnya, sehingga membuat Mbah Rambut Monte marah besar dan mengutuk mereka menjadi ikan Sengkaring. Itulah sejarahnya Ikan Dewa yang sampai saat ini masih mendiami telaga Rambut Monte. Konon jumlah Ikan Dewa itu jumlahnya masih sama seperti yang dulu dan dianggap keramat, tidak boleh ditangkap ataupun dimakan.
Untuk menikmati birunya dan jernihnya air telaga Rambut Monte dengan ikan-ikan dewanya, terdapat semacam gazebo yang sedikit menjorok ke tengah telaga. Tapi terlihat gazebo itu sudah terkotori oleh coretan-coretan tangan manusia yang tak bertanggung jawab. Di telaga terdapat dua sumber mata air yang terus mengalirkan air sepanjang masa. Suasananya yang tidak terlalu ramai membuat kita bisa lebih menikmati panorama indah dengan iringan suara serangga liar dan gemuruh air dari telaga ke sungai.