Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Pemanfaatan Media Pembelajaran Untuk Membangun Pengetahuan Siswa

Dalam dunia pendidikan dikenal 3 teori belajar yaitu teori belajar behavioristik, kognitif, dan konstruktivisme. Ketiga teori tersebut didasarkan pada bagaimana cara siswa mendapatkan pengetahuan. Pertama adalah teori belajar behavioristik, teori ini beranggapan belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Bisa dikatakan dalam teori ini untuk mendapatkan pengetahuan siswa diberikan pelajaran secara terus menerus, contohnya untuk belajar menghitung luas persegi dan persegi panjang siswa diminta atau disuruh untuk menghafalkan rumus dan berulang-ulang mengerjakan soal yang berkaitan dengan materi tersebut.

Teori belajar yang kedua adalah teori belajar kognitif dalam teori ini siswa dianjurkan untuk belajar sesuai dengan tahapan perkembangannya. Siswa hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru.

Teori yang ketiga adalah teori konstruktivis. Teori ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri pengetahuaannya. Satu prinsip yang paling penting dalam teori konstruktivis adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.

Berpijak dari ketiga teori belajar tersebut, maka teori yang pas untuk diterapkan siswa Sekolah Dasar (SD) sebagai jenjang pendidikan dasar adalah teori belajar kognitif dan kontrusktivis. Teori belajar kognitif berpendapat bahwa siswa SD haruslah belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. Siswa SD (usia 6-12 tahun) berada pada tahap berpikir operasional kongkrit. Pada tahap ini intinya untuk belajar siswa harus disediakan benda-benda atau peristiwa yang nyata. Siswa hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temannya. Kemudian didasarkan pada teori belajar konstruktivis memberikan peluang pada siswa untuk menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya.

Konsekuensi dan penerapan dari kedua teori belajar diatas, yaitu kognitif dan konstruktivis adalah guru tidak menjadi satu-satunya sumber belajar. Guru lebih bersifat sebagai fasilitator dan siswa adalah subyek dalam proses belajar mengajar. Penggunaan media pembelajaran menjadi sangat penting, karena selain sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang masih berpikir operasional kongkret dengan penggunaan media pembelajaran dapat memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang dapat merangsang aktivitas siswa untuk belajar dan menemukan sendiri pengetahuaannya. Media pembelajaran yang dihadirkan guru akan mampu membangun ide-ide atau gagasan-gagasan yang bersifat konseptual, sehingga mengurangi kesalahpahaman siswa dalam mempelajarinya. Bagi siswa SD penggunaan media pembelajaran mampu meningkatkan minat siswa serta menciptakan pembelajaran yang lebih menyenangkan.

Contoh Pemanfaatan Media Pembelajaran di SD

Di atas adalah tulisan yang menjadi dasar teori tentang mengapa guru harus memanfaatkan media pembelajaran dan apa manfaat yang diperoleh dari penggunaan media pembelajaran. Pada dasarnya media pembelajaran adalah sarana untuk mempermudah dalam memahami sebuah materi atau suatu konsep. Media pembelajaran sendiri diklasifikasikan menjadi 4 yaitu media audio, media visual, media audo visual, dan media serbaneka. Media pembelajaran untuk SD bisa berwujud sesuai bentuk aslinya atau replika untuk memudahkan pemahaman siswa.



Salah satu media pembelajaran yang pernah saya manfaatkan adalah kertas berpetak dan plastik mika transparan untuk belajar matematika di kelas 3 dengan materi menghitung luas persegi dan persegi panjang. Media pembelajaran bisa disebut juga dengan alat peraga, hampir setiap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk SD harus menyediakan media peraga, alasannya jelas seperti tertulis di atas.

Dalam belajar menghitung luas persegi dan persegi panjang di kelas 3 SD yang merupakan awal siswa mengenal konsep luas, penggunaan media pembelajaran menjadi sangat penting untuk membantu siswa memahami dan menemukan konsep luas. Media pembelajaran yang saya gunakan adalah media yang mungkin juga banyak guru tahu dan gunakan, yaitu kertas berpetak dan plastik mika transparan.

Pertama adalah guru bertanya tentang informasi awal yang siswa ketahui, mulai dari membedakan bangun datar persegi dan persegi panjang. Lalu guru menujukkan sebuah plastik mika transparan, menempelkannya pada kertas berpetak. Guru melakukan tanya jawab, siswa diminta untuk menghitung jumlah persegi yang tertutup oleh plastik mika transparan tersebut. Pada tahap selanjutnya ketika siswa sudah bisa dalam menggunakan media pembelajaran guru membagikan media pembelajaran dan Lembar Kerja Kelompok (LKK). LKK bukanlah soal tetapi lebih pada langkah-langkah kegiatan yang harus siswa lakukan dan kelompok diskusikan sehingga siswa mampu menemukan sendiri konsep luas melalui langkah-langkah dan pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKK.

Siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan temannya, menyampaikan pendapat atau ide, dan mengkomunikasikan hasil diskusi dan pekerjaannya di depan kelas. Siswa tidak hanya menghafalkan rumus menghitung luas persegi dan persegi panjang tetapi siswa mampu membangun dan menemukan sendiri rumus. Dengan penggunaan media pembelajaran siswa terlihat antusias untuk mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Apalagi setelah kerja kelompok dan pembahasan hasil kerja kelompok diadakah permainan.



Dalam permainan tersebut aturannya adalah setiap perwakilan kelompok maju ke meja permainan. Nantinya semua siswa akan maju ke meja permainan secara bergantian. Lalu ditentukan pemain, pembaca soal dan penantang. Pemain akan memilih kartu soal yang yang akan dibacakan lalu dijawab terus bergantian sampai semua siswa mendapat gilirannya. Setelah semua siswa sudah maju ke meja permainan lalu dihitung jumlah skor yang didapat masing-masing kelompok. Skor yang tertinggi akan mendapatkan penghargaan.

Di dalam kelas tidak hanya hasil belajar akhir melalui tes evaluasi saja yang dinilai, tetapi juga aktivitas siswa atau proses menjadi bahan penilaiaan. Aktivitas siswa disetiap langkah-langkah pembelajaran juga perlu dicatat.

Itulah sedikit contoh pemanfaatan media pembelajaran di SD dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Game Tournaments). Dalam memilih media tentu saja didasarkan materi apa yang dipelajari dan kemungkinan yang paling bisa membantu siswa dalam memahami dan menemukan pengetahuaannya. Pengunaan media pembelajaran terlebih dahulu haruslah media yang dekat dengan lingkungan siswa.

Sebuah pengetahuan akan bisa tertanam dengan baik dan berkembang jika siswa dalam belajar mampu untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Dengan menggunakan media pembelajaran yang dihadirkan guru bisa menuntun siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Peran guru sebagai fasilitator tidak hanya menyediakan media pembelajaran yang bersifat fisik saja tetapi juga mampu untuk menyusun langkah-langkah yang harus dilakukan siswa agar dapat menemukan dan membangun pengetahuannya. Karena siswa SD masih belum berpikir secara abstrak masih berpikir kongret segala sesuatu yang dipelajarinya harus diusahakan dalam bentuk nyata. Guru diusahakan mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan. Oleh sebab itu selain guru menggunakan metode atau model pembelajaran yang beragam juga senantiasa memanfaatkan media pembelajaran.